Doaku Hari Ini
Seperti hari-hari biasa yang kulalui, aku bangun tidur
kesiangan. Alarm dari handphoneku
produk Tiongkok agaknya kurang manjur untuk membangunkanku lebih awal. Entah
aku yang tidur larut malam atau memang volume handphoneku terdengar pelan. Aku pun luweh dengan hal itu, yang terpenting adalah aku tetap dapat bangun
dan menikmati setiap detik apa yang harus kujalani untuk hari ini. Langit yang
mendung, matahari yang mengintip manja memberikan kehangatan untuk menulis
lembaran-lembaran yang belum tiba ini. Lama tidak berjumpa denganmu dan melihat
langsung di tribun, membuat kerinduan ini selalu muncul. Dengan kesabaran
penuh, aku menunggu saat kabar perjumpaan itu tiba. Tentang PSSDAY yang berbeda seperti yang
kemarin.
Saat ini, aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan. Inilah batasku, melawan sampai delapan tuntutan itu disepakati. Dalam benak hari ini, hanya terbesit bagaimana cara untuk mendukung PS Sleman? Dengan apa aku bisa mendukung lepas dari tribun Maguwoharjo. Sebelum makan siang, aku jadi ingat saat membaca tentang Yunani bahkan Romawi Kuno. Bukan tentang bagaimana pemikirannya, tetapi bagaimana aku bisa mengambil keikhlasan dari hati dan pikiran yang menyatu untuk berdoa kepada Tuhan. Cara inilah yang hanya bisa kulakukan saat ini. Berdoa untuk membujuk Tuhan agar kemenangan dapat dirayakan.
Aku pun percaya, Tuhan akan mendengar doa-doa yang dipanjatkan banyak orang yang mencintai klub ini. Entah dekat ataupun jauh, di atas gunung ataupun di tengah lautan, berapa pun jaraknya bahkan ratusan kilometer doa-doa ini akan tetap terdengar. Jika syal ataupun atribut lainnya bukanlah benda mati, aku pun percaya mereka juga akan memanjatkan doa agar PS Sleman membawa point tiga. Sungguh gila mungkin, tetapi itulah yang kurasakan hari ini.
Semoga malam nanti menjadi awal pembuka kandang yang membahagiakan. Sehingga memberikan kehangatan untuk Sleman yang sering turun hujan akhir-akhir ini. Jika belum membahagiakan, aku akan tetap mendoakanmu seperti penyair-penyair Eropa Kuno yang membawakan prosa dengan penuh keyakinan dan ketabahan. Walaupun dalam kesunyian malam, aku tetap berjalan menuju sesuatu yang entah kapan pagi hari akan datang lagi melanjutkan hari kemarin. Aku akan menulis lembaran-lembaran hari ini yang masih kosong dan sebagian terisi doa agar menjadi sesuatu yang dapat diceritakan di hari-hari berikutnya.
Saat ini, aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan. Inilah batasku, melawan sampai delapan tuntutan itu disepakati. Dalam benak hari ini, hanya terbesit bagaimana cara untuk mendukung PS Sleman? Dengan apa aku bisa mendukung lepas dari tribun Maguwoharjo. Sebelum makan siang, aku jadi ingat saat membaca tentang Yunani bahkan Romawi Kuno. Bukan tentang bagaimana pemikirannya, tetapi bagaimana aku bisa mengambil keikhlasan dari hati dan pikiran yang menyatu untuk berdoa kepada Tuhan. Cara inilah yang hanya bisa kulakukan saat ini. Berdoa untuk membujuk Tuhan agar kemenangan dapat dirayakan.
Aku pun percaya, Tuhan akan mendengar doa-doa yang dipanjatkan banyak orang yang mencintai klub ini. Entah dekat ataupun jauh, di atas gunung ataupun di tengah lautan, berapa pun jaraknya bahkan ratusan kilometer doa-doa ini akan tetap terdengar. Jika syal ataupun atribut lainnya bukanlah benda mati, aku pun percaya mereka juga akan memanjatkan doa agar PS Sleman membawa point tiga. Sungguh gila mungkin, tetapi itulah yang kurasakan hari ini.
Semoga malam nanti menjadi awal pembuka kandang yang membahagiakan. Sehingga memberikan kehangatan untuk Sleman yang sering turun hujan akhir-akhir ini. Jika belum membahagiakan, aku akan tetap mendoakanmu seperti penyair-penyair Eropa Kuno yang membawakan prosa dengan penuh keyakinan dan ketabahan. Walaupun dalam kesunyian malam, aku tetap berjalan menuju sesuatu yang entah kapan pagi hari akan datang lagi melanjutkan hari kemarin. Aku akan menulis lembaran-lembaran hari ini yang masih kosong dan sebagian terisi doa agar menjadi sesuatu yang dapat diceritakan di hari-hari berikutnya.
Komentar
Posting Komentar