JANGAN LUPAKAN SEJARAH
Dua tahun belakangan
kita tidak cukup dekat dengan stadion, mungkin lebih akrab dengan layar kaca.
Padahal ketika musim baru di mulai, seminggu sekali para suporter
berbondong-bondong menuju stadion. Sepakbola seolah menyihir seisi kota dan
rutinitasnya berhenti sejenak. Satu yang berdiri kokoh adalah bangunan itu,
stadion dengan karpet hijaunya. Tempat dimana sebagai wadah berkumpulnya segala
bentuk perasaan bahagia, haru, keberanian yang selalu mengikuti, diikuti, dan
berjalan bersama.
Tentang kalender aku
cukup gusar karena sebentar lagi musim baru sudah dekat sekali. Masih berada dibayang-bayang
musim lalu yang kuanggap gagal. Berjuang melewati jurang degradasi, kehilangan
ruh membuat bayang-bayang musim lalu selalu mengikuti. PSS Sleman dengan pemain
barunya harusnya memiliki keberanian dan mental lebih. Keberanian itu sudah
ditularkan dan perjuangan itu sudah dilakukan. Tidak hanya musim lalu saja,
tetapi empat puluh enam tahun yang lalu adalah tonggak awal keberanian dan
perjuangan itu benar-benar nyata. Lewat persahabatan dan ber-embrio dari lima
tim dari kecataman Mlati, Seyegan, Kalasan, Godean, dan Sleman. Menengok PSS
empat puluh enam tahun silam adalah sebuah sejarah dan kisah yang tak boleh
dilupakan. Lahir dari kota kecil yang sederhana bagaimana Sudarsono KH, Suryo
Saryono, Hartadi, dan para pendiri pendahulu menggabungkan keberanian,
keyakinan, dan perjuangan. Aku membayangkan bagaimana para pendiri yang saat
itu berusia tidak jauh beda membawa warisan yang masih terjaga hingga kini.
Begitu emosionalnya para pendiri yang memiliki momen yang lebih besar dan dirasakan bukan hanya untuk pemain dan klub namun juga buat kota kecil ini.
Tidak banyak final yang dirasakan tapi ketika anda bekerja di Sleman, tinggal dan
menghirup udara Sleman rasa itu akan muncul.
20 Mei bukan hanya hari
ulang tahun klub kecil ini, bukan hanya hari Kebangkitan Nasional tetapi
menjadi awal bangkitnya Sleman dari kegagalan musim lalu yang tepat berada di
ujung jurang degradasi. Dibandingkan musim lalu yang redup, ini menjadi
kebangkitan klub mengarungi musim depan dengan penuh keberanian, keyakinan, dan
perjuangan hingga akhir. Pada hari lahir PSS ini, orang-orang merapalkan penuh
doa-doa dengan khusyunya membawa harapan baru yang akan terus muncul setiap
harinya. Kini PSS telah menjadi rumah bagi orang banyak. Tempat titik temu
meluapkan emosionalnya. Untuk itu pencapaian terbesar dari para pendahulu bukan
hanya banyak final yang dicapai tapi kemenangan terbesar adalah membentuk
sebuah ikatan keluarga ketika di stadion. Rasa kekeluargaan itu menjadi sesuatu
pencapaian terbesar dalam sejarah berdirinya klub kecil ini.
Terimakasih Sudarsono KH, Suryo
Saryono, Hartadi dan para pendiri pendahulu telah membangun klub kecil ini dari
titik nol hingga sekarang. Telah memulai perjalanan yang fantastis, para
pendiri pantas mendapatkan tempat yang tinggi. Dari akar serabut menjadi akar
tunggang seperti sekarang bahkan menyelinap lebih hingga ke ujung daun yang
akan selalu hijau tak pernah mati. PSS akan selalu hidup dalam diri orang-orang
yang mencintai klub ini hingga kini sampai nanti. Pendakian panjang sejarah
klub dengan lintasan yang tajam dan curam tak menjadi masalah karena kaulah
perlambang ketabahan. Perjalananmu selama empat puluh enam tahun akan menjadi
memori yang indah.
Bukankah kita memang tidak boleh
lupa dengan sejarah?
Warna Hijaumu akan abadi.
Warna Putihmu akan menjadi harapan.
Aleeee
BalasHapus